Peningkatan
Hasil Belajar Biologi Konsep Protozoa dengan
Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas X MIA4 MAN 2 Padangsidimpuan
Raisah
BR Surbakti
Dosen FTIK IAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara
ABSTRAK
Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran
biologi pada konsep protozoa untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA
4 MAN 2 Padangsidimpuan. Rancangan
penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus
terdiri dari empat tahap yaitu (1) perencanaan (2) Pelaksanaan (3) observasi
(4) refleksi. Pengumpulan data melalui teknik pemberian tes, wawancara,
observasi dan pencatatan lapangan. Analisis data dilakukan melalui reduksi,
penyajian dan penarikan kesimpulan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA
4 MAN 2 Padangsidimpuan yang berjumlah 23 orang siswa. Hasil
penelitian diperoleh data awal siswa
yang kategori tuntas 0 orang atau persentase ketuntasan klasikal 0%. Pada
siklus 1 banyak siswa yang tuntas pada indikator 1 ada 12 siswa dan indikator 2
siswa tuntas 10 siswa, persentase ketuntasan klasikal 48,3%. Sedangkan Siklus
II banyaknya siswa yang tuntas pada indikator 1 adalah 22 siswa dan indikator 2
sebanyak 21 siswa, persentase ketuntasan klasikal 94%. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar.
Siswa yang aktif saat pembelajaran
konsep protozoa dengan pembelajaran metode inkuiri siklus I
sebesar 36,83%, Pada siklus II keaktifan siswa sebesar 89,8%, Pada
siklus II keaktifan siswa sebesar
89,9%. Sikuls II sudah mencapai efektif dari segi proses yaitu
pembelajaran dikatakan efektif, karena aktivitas siswa telah mencapai 85%
siswa terlibat secara aktif.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pendekatan Inkuiri, Prozoa
I. PENDAHULUAN
Pembelajaran menunjuk
pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan yang dalam banyak hal dapat
direncanakan sebelumnya. Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah
terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta
didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik dan peserta
didik yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya
Pembelajaran IPA berbeda dengan
pengajaran IPA. Dalam pengajaran IPA, guru lebih banyak menyampaikan ide atau
gagasan sehingga siswa bertindak pasif, dan guru lebih aktif. Sementara dalam
pembelajaran IPA siswa harus aktif dan lebih dominan dalam kegiatan belajar
mengajar, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan dinamisator.
Aktivitas
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima proses
pembelajaran. Individu yang mendapat pembelajaran akan memperoleh hasil dari
apa yang telah dipelajari selama proses pembelajaran itu. Hasi belajar bukan
hanya dalam pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan, kebiasaan,
pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu Untuk dapat menentukan suatu nilai atau
harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Hasil belajar pada dasarnya merupakan
akibat dari suatu proses belajar
Secara
umum pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan secara
keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebabkan oleh pengalaman dan
bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Setelah suatu proses belajar berakhir,
maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui
sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut
Hasil belajar
menjadi sebuah pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar
dinyatakan dalam simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak atau siswa pada suatu periode tertentu. Hasil
belajar juga dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh
kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesionalitas dan keahlian yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar
guru baik di bidang kognitif (intelektual).
Pembelajaran dikatakan berhasil sesuai
dengan harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling
menunjang. Faktor yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran adalah guru
sebagai fasiitator dan motivator, sehingga guru sangat dituntut kemampuannya
untuk membuat strategi agar konsep
dikuasai siswa dengan baik, untuk itu guru perlu menguasai tentang metode, pendekatan,
strategi, model, dan media pengajaran yang dapat di gunakan dalam proses
belajar mengajar.
Dari hasil pengamatan
proses pembelajaran di siswa kelas X MIA 4
MAN 2 Padangsidimpuan, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan
mental siswa, sehingga dalam proses pembelajaran terkesan siswa kurang aktif,
proses pembelajaran guru tidak maksimal, masih menggunaan metode ceramah dan
jarang sekali guru mensiasati dan memamfaatkan media yang ada pada alam .
Sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa tidak memenuhi KKM yaitu 85. Hal
ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan yang telah dilaksanakan di kelas X MIA
4 MAN 2 Padangsidimpuan yaitu 65.
Rendahnya hasil belajar ini tidak jauh berbeda dengan data yang diperoleh pada
saat pembelajaran sebeumnya.
Berdasarkan hasil
observasi diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas X MIA 4
tersebut dalam mata pelajaran biologi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
(1) kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas.
Kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik
oleh siswa. (2) Guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu
metode ceramah, sehingga siswa cenderung bosan dalam pembelajaran. (3)
keaktifan siswa dalam menjawab, menyelesaikan tugas-tugas masih sangat kurang. Konsep
protozoa sebagai konsep esensial untuk memahami keanekaragaman hayati, karena bagian
dari keanekaragaman hayati adalah jasat renih dan mahkuk purba kala yaitu kingdom
protista mirip hewan yang disebut protozoa. Dari sisi untuk pemahaman konsep protozoa
termasuk proses konsep abstrak karena protozoa adalah makhluk kecil sehingga tidak
bisa dilihat tanpa peralatan teknologi yang mutakhir, namun protozoa adalah
mahkluk mirip hewan tersebut adalah
sangat nyata.
Dengan kondisi seperti
itu dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan
pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan
metode yang tepat. Metode yang cocok untuk pemahaman muasi adalah metode
inkuiri. Metode inkuiri adalah suatu cara
menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah
dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan
dan sebagainya, cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru1.
Metode
Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri
informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena
metode inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk
penemua suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru2.
Sanjaya ‘inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna3.
_________________________
1 Haury. (1993). Pembelajaran Metode Inkuiri. (Jakarta :
Depdikbud. 1993) hlm 10
2Mulyani Sumantri dan Johar Permana,
Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :
Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi,.2009) hlm.15
3Rosmiati (2002). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.
Rajawali Press. Jakarta
II.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian yang
dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Rangkaian kegiatan dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini mengacu pada pedoman PTK dari Kemmis dan Robin MC
Taggart4. PTK sangat erat hubungannya dengan praktek pembelajaran
yang dihadapi guru5
Tujuan melakukan PTK
yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek yang seharusnya dilakukan oleh
guru, sehingga guru akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai
tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran dari
pada perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat
digeneralisasikan.
Penelitian tindakan
kelas ini adalah penelitian yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus, dimana
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, meliputi; 1) tahap perencanaan,
2) tahap pelaksanaan, 3) tahap evalasi/observasi, dan 4) tahap refleksi6.
Penelitian ini
dilaksanakan di kelas X MIA 4 MAN 2
Padangsidimpuan Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari sampai bulan Februari 2019. Sampel penelitian ini adalah siswa yang
terdaftar pada tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 23 siswa, terdiri dari 15
siswa perempuan serta 8 siswa laki-laki dan guru biologi kelas X MIA 4 MAN 2
Padangsidimpuan dengan teknik Purposive Sampling yaitu mengambil seluruh murid
kelas X MIA 4 yang berjumlah 23 orang.
Jenis data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah: Data kualitatif yaitu data yang hasil
observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran biologi konsep
mutasi dengan menggunakan metode inkuiri. Data kuantitatif yaitu data yang di peroleh
dari hasil tes akhir siswa. Data observasi siswa, data yang di peroleh dari
hasil observasi aktivitas siswa dan tes kemampuan akhir siswa tiap siklus.
_________________________
5 Ibid, hlm.45
6 Padmono. Penelitian Tindakan Kelas. (Surakarta: Pelangi Press. 2012) hlm.8
Pengumpulan data
dilakukan melalui dua cara, yaitu: Tes untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa selama pembelajaran biologi konsep konsep protozoa yang di
berikan di setiap akhir tindakan (siklus). Hasil kemampuan akhir siswa dapat
pula sebagai acuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran biologi konsep protozoa dengan menggunakan metode inkuiri. Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 berlangsung. Pelaksanaan observasi baik pada
guru/peneliti dan kepada subyek penelitian dilakukan dengan cara mengisi format
observasi yang telah di siapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui
aktifitas siswa pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: Lembar observasi, Tes hasil belajar,
setelah diberikan penerapan metode Inkuiri. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan sesudah pengumpulan data.
Adapun tahap-tahap
kegiatan analisis data kualitatif adalah: 1) mereduksi data 2) menyajikan data
dan 3) verifikasi data / penyimpulan7 Indikator keberhasilan
penelitian tindakan kelas adalah apabila hasil data yang diperoleh telah
menunjukan hasil belajar siswa kelas X MIA 4 MAN 2 Padangsidimpuan selama
kegiatan pembelajaran. Hal ini ditandai dengan adanya daya serap individu
minimal 85% dan ketuntasan belajar klasikal minimal 85% dari jumlah siswa yang
ada.
Dari segi proses begitu
juga dari segi proses pembelajaran dikatakan efektif bila 85% siswa telah
terlibat secara aktif, baik mental, fisik, mental, maupun sosial, ketentuan ini
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diberlakukan di MAN 2
Padangsidimpuan.
__________________________________
7 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D).
(Bandung: Alfabeta.2008) hlm 18
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan diawali dengan
pertemuan antara peneliti dengan guru biologi yang lainnya untuk membicarakan
rencana penelitian di kelas X MIA 4 MAN 2 Padangsidimpuan. Peneliti juga
meminta kesediaan teman sejawat, untuk menjadi observer yang tugasnya mengamati
kegiatan siswa dan guru pemberi tindakan saat proses pembelajaran berlangsung,
disamping sebagai teman berdiskusi. Kemudian peneliti menemui siswa kelas X MIA
4 untuk membicarakan rencana perbaikan
pembelajaran sebagai tindak lanjut dari hasil pelaksanaan pembelajaran biologi
yang masih tergolong rendah.
Hasil observasi tentang
kegiatan guru dimaksud untuk mengetahui tingkat kemampuan guru (peneliti) dalam
menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri pada
mata pelajaran biologi konsep protozoa di Kelas X MIA 4 MAN 2 Padangsidimpuan
Memperhatikan hasil
penelitian yang dilaksanakan siswa di Kelas X MIA 4 MAN 2 Padangsidimpuan yang
diambil dari hasil evaluasi baik evaluasi pra penelitian (tes awal) maupun hasil evaluasi pelaksanaan
pembelajaran persiklus dapat menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa
dapat meningkat secara bertahap dengan menerapkan metode inkuiri yang baik dan
benar. Deskripsi hasil pelaksanaan penelitian tersebut akan kita bahas secara
bertahap sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan
proses tindakan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran biologi di kelas X
MIA 4 MAN 2 Padangsidimpuan pada siklus 1, diadakan tindakan observasi awal
dengan memberikan soal tes kepada siswa, di mana nilai yang didapatkan dari
hasil observasi awal ternyata daya serap individu masih 50 % baik dari indikator 1 dan indikator 2,
jadi masih jauh berada pada level di rata-rata bawah.
Daya serap individu
masih berada pada nilai kurang dari 85 % sebagai patokan ketercapaian
ketuntasan individu dalam pembelajaran, begitu pula dengan ketuntasan klasikal yang
diperoleh yang hanya mencapai 48,3%. Jika di lihat dari hasil ketuntasan
klasikal ini masih jauh dari standar ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu
85%.
Hal tersebut di atas terjadi karena
pemberian pembelajaran di setiap proses belajar-mengajar hanya menekankan pada
pemberian materi semata, sehingga hilanglah rasa beban dan tanggung jawabnya
sebagai guru yang bertugas memberikan pembelajaran pada siswa. Setiap hari
belajar siswa dipenuhi dengan metode cermah dan diskusi. Proses
belajar-mengajar sangat monoton, selama kegiatan belajar mengajar hanya di
monopoli oleh guru sebagai pentransfer ilmu tanpa memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan daya nalarnya.
Selama ini guru biologi
cenderung menguasai proses belajar-mengajar, sehingga siswa pun kurang
termotivasi, kurang kreaktif dan cenderung vakum dalarn proses pembelajaran
yang akhirnya mempengaruhi tingkat kemampuan siswa dalam menelaah dan mendeskripsikan
setiap pokok bahasan yang diberikan. Akibatnya dapat menurunkan kualitas siswa
dalam belajar yang berdampak pada minimnya hasil yang diperoleh siswa.
Hasil evaluasi yang
didapatkan pada siklus I yang terdapat pada tabel.1
Tabel 1. Perbandingan Penilaian Hasil Belajar Konsep Protozoa Siklus I dan Siklus II.
No
|
Indikator
|
Siklus
|
Keterangan
|
I
|
II
|
Jlh
|
%
|
Jlh
|
%
|
|
1
|
Mengkaji konsep protozoa
dari bebagai bentuk dari alat geraknya
melalui referensi
|
12
|
52,2%
|
22
|
95,7%
|
Meningkat
|
2
|
Mengobservasi protozoa
keberadaan dia alam
|
10
|
44,47%
|
21
|
92,3%
|
Meningkat
|
|
Rerata
|
|
48,3%
|
|
94%
|
|
Dari tabel di atas menunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa terhadap
konsep konsep protista mirip hewan atau
protozoa mata biologi dimana terdapat 12 siswa (52,2,%) berhasil mendapatkan kategori tuntas
individu pada indikator 1 dan masih tersisa 11 orang anak (47,8%) berada pada
kategori tidak tuntas individu, sementara pada indikator 2 menunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa terhadap
konsep konsep protista mirip
mata biologi dimana terdapat 10 siswa
(44,47,%) berhasil mendapatkan kategori tuntas individu dan masih
tersisa 13 siswa anak (59,%) berada pada kategori tidak tuntas individu.pada
sikulus 1.
Sementara pada siklus 2
menunjukkan peningkatan hasil belajar
siswa terhadap konsep konsep protista
mirip hewan atau protozoa mata biologi dimana terdapat 22 siswa (95,7,%) berhasil mendapatkan kategori tuntas
individu dan hanya tersisa 1 orang anak
(4,35%) berada pada kategori tidak tuntas individu, pada indikator 2 jumlah siswa yang tuntas 21 siswa (92,3,%) berhasil mendapatkan kategori tuntas
individu dan tersisa 2 orang anak (8,7%)
berada pada kategori tidak tuntas individu .
Secara klasikal
ketuntasan konsep telah mencapai 94%. Menilik dari hasil siklus 1 dan siklus
2 ketuntasan klasikal mengalami
peningkatan yaitu dari 48,3 % menjadi 94%, namun demikian proses pembelajaran
pada siklus I ini belum dikatakan berhasil karena secara klasikal karena harus
memperoleh nilai 85%.
Seorang anak yang belum
mencapai ketuntasan individu 1 siswa, ini sudah menunjukkan peningkatan
prestasi yang berarti, yaitu dari 48,3% ketuntasan individu pada siklus I
menjadi 94% ketuntasan individu pada siklus 1, anak yang belum mencapai
ketuntasan individu 2 siswa, ini sudah menunjukkan peningkatan prestasi yang
berarti, yaitu dari 50% ketuntasan individu pada siklus I menjadi 94%
ketuntasan individu pada siklus 2 dengan demikian siswa belum tuntas perlu
mendapatkan bimbingan khusus untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi
belajarnya yang sudah didapatkan.
Adapun peningkatan penilaian proses pembelajaran
menggunakan metode inkuiri pada mata pelajaran biologi konsep protozoa dapat dilihat pada tabel 2 perbandingan
penilaian proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri pada mata
pelajaran biologi konsep protista mirip hewan atau protozoa Siklus I dan Siklus II sebagai berikut:
Tabel 1
Perbandingan Penilaian Aktivitas Siswa Pembelajaran Konsep Protozoa dengan
Menggunakan Metode Inkuiri Siklus I dan
Siklus II.
No
|
Aspek yang dinilai
|
Siklus
|
Kete
Rangan
|
I
|
II
|
Jlh
|
%
|
Jlh
|
%
|
|
1
|
Kesiapan Siswa
mengikuti kegiatan belajar menggunakan metode inkuiri pada mata pelajaran
biologi konsep protozoa
|
12
|
52,2%
|
21
|
91,3%
|
Meningkat
|
2
|
Perhatian siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
|
11
|
47,8%
|
22
|
95,7%
|
Meningkat
|
3
|
Keaktifan siswa
dalam mengembangkan pikirannya dengan cara membuat data temuan dari protozoa
berkaki semu, tanpa kaki, berbulu cambuk, dan berbulu getar.
|
6
|
26,1%
|
20
|
87%
|
Meningkat
|
4
|
Kemampuan siswa
menggunakan metode inkuiri pada mata pelajaran biologi konsep protozoa dengan
lengkap
|
7
|
30,4%
|
21
|
91%
|
Meningkat
|
5
|
Kemampuan
menyajikan hasil kerja secara individu
|
8
|
34,8%
|
20
|
87%
|
Meningkat
|
6
|
Aktivitas siswa
dalam menyelesaikan tugas individu
|
7
|
30,4%
|
20
|
87%
|
Meningkat
|
|
Rerata
|
|
36,83
%
|
|
89,8 %
|
|
Berdasarkan Tabel. 2.
Siswa yang aktif saat pembelajaran konsep protozoa dengan pembelajaran metode
inkuiri siklus I sebesar 36,83%, Pada siklus II keaktifan siswa sebesar 89,8%,
Sikuls I belum mencapai dari segi proses yaitu pembelajaran
belum dikatakan efektif, karena aktivitas siswa belum mencapai 85% siswa terlibat secara aktif.
Pada siklus II keaktifan siswa sebesar 89,9%. Sikuls II sudah mencapai efektif dari
segi proses yaitu pembelajaran dikatakan efektif, karena aktivitas siswa telah
mencapai 85% siswa terlibat secara
aktif. Perbandingan penilaian aktivitas
siswa pada pembelajaran biologi konsep protozoa dengan menggunakan
metode inkuiri terjadi peningkatan secara signifikan, peningkatan siklus I ke siklus II bahwa rata-rata peningkatan dari siklus I ke
siklus II yaitu mencapai 52,97% .
Sedangkan dari sisi refleksi dari masing-masing siklus menunjukkan adanya
peningkatan proses aktivitas belajar siswa sebesar 89,8% siswa aktif. Proses
pembelajaran tersebut mencapai indikator keberhasilan proses pembelajaran yang
telah ditentukan oleh peneliti.
Berdasarkan uraian di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai
hasil dari belajar adalah perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah
laku. Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku baik dari keaktivan saat pembelajaran,
keberanian berpendapat, ketekunan dan keberanian, serta kerja sama.
Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran, dapat menyalurkan
pesan dan maksud kepada siswa sehingga menurut peneliti hal itu dapat
merangsang pikiran, perasaan, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran terjadi, tidak terdapat kekeliruan. Tercipta interaksi dan
komunikasi yang santai dan terarah. Hal-hal yang demikianlah membuat siswa
menjadi senang sehingga mengikuti penuh proses pembelajaran.
Keunggulan metode inkuiri dalam
pembelajaran : (a) membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif, (b) peserta didik memperoleh
pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam
pikirannya, (c) dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik
untuk belajar lebih giat lagi, (d) memberikan peluang untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing, dan (e) memperkuat dan
menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena
pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat
terbatas.
Selain itu siswa ikut
berpartisispasi secara aktif didalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri
menekankan poad proses pengolahan informasi pada peserta didik.
Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan temuan-temuan di lingkungan,
sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus
tersebut.
Metode ini merangsang
sikap ilmiah dan menimbulakan semangat keingintahuan para siswa. Menemukan
sendiri siswa merasa sangat puas dengan demikian kepuasa mental sebagai nilai
intrinsik siswa terpenuhi.
Namun kelemahan dari metode inkuiri
antara lain: (a) siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa
harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik,
(b) keadaan kelas kenyataannya gemuk jumlah siswanya, maka metode ini tidak
akan mencapai hasil yang memuaskan, (c) guru dan siswa yang sudah sangat
terbiasa dengan proses belajar mengajar gaya lama, maka metode inkuiri ini akan
mengecewakan, dan (d) ada kritik, bahwa proses dalam metode inkuiri terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap
dan ketrampilan bagi siswa.
Berdasarkan kajian di atas, maka yang
dimaksud dengan metode inkuiri dalam penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik
dalam proses generalisasi dan menguji hipotesa sehingga mereka dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud perubahan tingkah
laku.
Langkah-langkah dalam metode inkuiri
mulai dari mengidentifikasi kebutuhan siswa, mempersiapkan fasilitas yang
diperlukan, memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan
penemuan, sampai dengan memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan
prinsip-prinsip dari generalisasi atas hasil temuannya.
Pembelajaran inkuiri ini adalah salah satu cara
untuk penelaahan yang bersifat mencari pemecahan masalah dengan cara kritis,
analitis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu
kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Model
inkuiri ini merupakan perluasan dari model discovery learning yang digunakan
lebih mendalam artinya pembelajaran ini mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatanya. Misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen,
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalis data, membuat
kesimpulan, dan sebagainya
I V . KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, maka
dapat disimpulan. Pengunaan pendekatan Inkuiri dalam proses pembelajaran, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi pada konsep protozoa
di Kelas XII MIA 6 MAN 2 Padangsidimpuan . Hal ini dapat ditunjukan dari
perolehan peningkatan secara klasikal di siklus I yaitu 48,8% dan siklus II
yaitu 94%.
Kami mengajak para guru
untuk menggunakan hasil penelitian ini dengan baik dan dijadikan motivasi agar
mampu melakukan penelitian tindakan kelas yang berbeda.
Penerapan pendekatan inkuiri hanyalah
satu dari sekian banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan. Para guru
dapat mencari berbagai media atau strategi pembelajaran yang lain yang unik
untuk meningkatkan kompetensi siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Depdikbud.
(1995). Kurikulum Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA). Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta
Anitah, Sri.( 2009) Teknologi Pembelajaran Surakarta: Yuma Pustaka
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Haury. (1993). Pembelajaran Metode Inkuiri. Jakarta : Depdikbud.
Kasbolah, K. (2011). Penelitian
Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Padmono. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Pelangi Press.
Rosmiati (2002).
Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.
Rajawali Press. Jakarta
Subyantoro,(2009) Penelitian
Tindakan Kelas, (Semarang: CV. Widya Karya.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W.(2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Perdana Media
Group.
Sugiyanto.(2008). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru (PSG) Rayon 13.