Rabu, 10 Oktober 2012

PERSFEKTIF NILAI NILAI BUDAYA


PERSEKTIF NILAI NILAI BUDAYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Oleh
Dra Raisah Br Surbakti,MPd
Disampaikan Pada Kegiatan:
KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tanggal :24 September 2012 Di. Aula MAN 2 PADANGSIDIMPUAN

Tentang :  Sosialisasi Peningkatan Kesadaran Masyarakat Akan Nilai Nilai luhur Budaya Bangsa

A.      Pendahuluan
Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak suku yang mendiami ribuan  pulau dan terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Masing-masing suku bangsa memiliki keanekaragaman budaya tersendiri. Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Pada kondisi saat ini kebudayaan kita mulai terkikis dan ditinggalkan, bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, ini  tidak terlepas dari pengaruh budaya luar dan karakter mayarakat kita yang suka meniru.
Meniru kebiasaan-kebiasaan orang Barat yang telah membudaya, dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik dan cetak yang celakanya kebudayaan orang-orang Barat tersebut yang sifatnya negatif dan cenderung merusak serta melanggar norma-norma ke timuran kita sehingga ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang menginginkan kebebasan seperti orang-orang Barat. Kebudayan-kebudayaan Barat tersebut dapat kita mulai dari pakaian dan mode, musik, film sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.
Generasi muda termasuk mahasiswa, baik disadari atau tidak memegang amanah dalam menjaga kelestarian keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia tersebut banyak cara yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan batasan-batasan yang ada. Jangan sampai di saat budaya kita diambil bangsa lain, baru kita menyadari betapa bagusnya nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kita itu sendiri. Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin lama semakin canggih serta perdagangan bebas yang telah terjadi di dunia khususnya Indonesia, telah meracuni bangsa Indonesia terhadap moral akhlak dan tatakrama pergaulan anak remaja, adat budaya Indonesia yang dulu katanya Indonesia kaya akan budayanya kini terhapus semua oleh yang kemajuan zaman.          ,                     .
         Perkembangan zaman era Globalisasi sekarang ini amatlah pesatnya sehingga membuat kita sering takjub dengan segala penemuan-penemuan baru disegala bidang. Penemuan-penemuan baru yang lebih banyak didominasi oleh negara-negara Barat tersebut dapat kita simak dan saksikan melalui layar televisi, koran, Internet dan sebagainya yang sering membuat kita geleng-geleng kepala sebagai orang Indonesia yang hanya bisa menikmati dan memakai penemuan orang-orang Barat tersebut. Penemuan-penemuan baru tersebut merupakan sisi positif yang dapat kita ambil dari negara-negara Barat itu sedangkan di negara-negara Barat itu sendiri makin maju dan modern diiringi pula dengan bebasnya mereka dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membudaya. Namun masyarakat Indenesia lebih mencerna budaya barat yang negatif dibandingkan budaya yang positif.
Menilik permasalahan di atas maka kita perlu tahu : Apa faktor utama penyebab masuknya budaya asing ke indonesia.    Apa dampak positif dan negatif terhadap masuknya budaya asing ke indonesia.   Apa akibat dari pengaruh budaya asing terhadap masyarakat.  Apa pengaruh budaya asing terhadap eksistensi jati diri bangsa. Dan kita perlu mencari solusi yaitu perlunya mengangkat sebuah perefektif nilai nilai budaya dalam kehidupansehari-hari.
B.       Tinjauan Pustaka
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan ujud dari persfektif bangsa mengenai kualitas manusia Indonesia. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional ini perlu kita ujudkan sebagai bangsa yang masih memiliki nilai nilai budaya bangsa yang karakter bangsa.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral,norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.
Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa.
Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa yang dikemukakan di atas maka budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri sehingga masyarakat Indonesia memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .
C.       Pembahasan
Penyebabkan Terjadinya Perubahan Budaya  Indonesia                .
Seiring dengan kemajuan zaman serta teknologi yang canggih, Indonesia bangkit menjadi negara berkembang yang semakin lama semakin tumbuh menjadi negara maju dan ini merupakan salah satu perkembangan zaman yang sangat cepat.  Hilangnya budaya indonesia secara bertahap di akibatkan karena adanya perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, dan faktor yang terjadi dalam masyarakat maupun luar masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat dapat berupa penemuan baru, atau pertentangan dari masyarakat itu sendiri. Faktor  yang berasal dari luar masyarakat dapat berupa adanya pengaruh budaya dari masyarakat lainnya          .
Menurut Soejono Soekanto  (1990: 326-328) perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:  1). Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan kejenuhan. 2) .Penduduk yang heterogen adalah masyaarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda beda dan ideologi yang berbeda pula. 3). Adanya kontak dengan masyarakat luar yang menyebabkan terjadinya percampuran budaya.
Dampak Masuknya Budaya Asing ke Indonesia
 disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni indonesia. Dampak tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh  kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat.
Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.
Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial . Menurut Soerjono Soekanto  (1990) masuknya budaya asing ke indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak  positif dan negatif.                                             .
1) .  Dampak Positif                                                    .
        Budaya asing menyebabkan modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.
2)   Dampak Negatif                             .
          Budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya;  kesenjangan sosial ekonomi (sikaya dengan simiskin), kerusakan lingkungan hidup (polusi tanah,air,udara,dll) kriminalitas (perbuatan yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat kejahatan, seperti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan), dan kenakalan remaja (tawuran, perusakan barang milik masyarakat, penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang)                                       .
Tantangan Masuknya Budaya Asing                                      .
    Masuknya unsur-unsur asing yang diadopsi oleh masyarakat indonesia dianggap dapat mengancam nilai-nilai, tatanan hidup, gaya hidup, sikap, dan dan pikiran.
Menurut Bierens de Haan nilai-nilai tersebut dapat berupa sifat, pandangan, paham, dan juga hidup yaitu, diantaranya: 1.  EGOIS yaitu hanya mementingkan diri sendiri.  2. MATERIALISME yaitu pandangan yang mengutamakan materi.
3.  SEKULARISME yaitu paham yang mengajarkan bahwa moralitas  tidak perlu diajarkan pada ajaran agama. 4. EKSTRIMISME yaitu pikiran atau pandangan yang melampaui batas kebiasaan atau norma-norma. 5.  CHAUVIMISME yaitu paham yang mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa orang lain. 6.  ELITISME dan eksklusifisme yaitu pikiran atau pandangan dari seseorang yang merasa dirinya merupakan orang atau sekelompok orang yang terpandang atau sederajat tinggi hingga orang lain dianggap rendah.7.    DISKRIMINATIF  yaitu sifat yang suka membeda-bedakan orang dengan orang lain. 8. KONSUMTIF sifat seseorang yang suka membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang tidak menghasilkan manfaat. 9.  GLAMORISTIK yaitu suatu sikap atau gaya hidup yang bermewah-mewahan                                 .
             Cara mengantisipasi dampak negatif masuknya budaya asing.
             Negara yang berhasil mewujudkan globalisasi harus dapat memanfaatkan globalisasi dalam segi kehidupan tetapi juga harus mampu menyaringnya melalui ideologi bangsa yang kokoh, dengan begitu negara tersebut akan berkembang secara cepat. Sebaliknya, apabila ketahanan ideologi dan pandangan hidup suatu bangsa rapuh, globalisasi justru akan membuat jati diri bangsa tersebut memudar.
Dibawah ini merupakan beberapa hal yang harus dilakukan untuk antisipasi dampak budaya asing.
1).   Menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya asing      .
Nilai-nilai budaya asing yang sesuai dengan bangsa kita dapat diserap sehingga akan memperkaya nilai budaya bangsa kita, sedangkan yang kita tinggalkan untuk itu, hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a.    Meningkatkan kesetiaan kita kepada ideologi nasional (Pancasila)                    .
b.    Mengembangkan sikap kekeluargaan dan gotong royong                        .
c.    Mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya                      .
2)    Memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional                           .    
             Memelihara dan mengembangkan budaya nasional sebagai jati diri bangsa seperti dengan mengirimkan misi kebudayaan dan kesenian dari suatu daerah keluar negeri. Selain itu, dapat dilakukan dengan menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan kebudayaan nasional melalui berbagai media, mengadakan seminar membahas kebudayaan daerah sebagai budaya nasional, serta pelestarian dan pewarisan dan pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.
3)   Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa                     .
Dalam rangka membangun masyarakat yang adil dan makmur yang tetap berkepribadian indonesia, kita harus tetap beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Dalam menjalani tuntutan era globalisasi, kita tetap mampu berdiri kokoh sebagai bangsa dengan ideologi dan pandangan hidup nasional yang tangguh serta kebudayaan nasional yang yang luhur.
4). Pemamfaatan nilai nilai budaya  menyongsong masa depan dengan mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya sehingga bisa kitaterapkan dalam kehidupan sehari sehari .
Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
1.      Kebudayaan material                                 .
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan material ini dapat membentuk kepribadian manusia kreatif, produktif, percaya diri, sehingga masyarakat yang mampu menerapkan kebudayaan material ini, ia bisa menyeselaikan masalah ekonomi dan terhindar dari hal hal negatif seperti tauran akibat pengangguran. 
2.      Kebudayaan nonmaterial                                       .
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, makkobar dan lagu atau tarian tradisional. Kebudayaan nonmaterial ini dapat membentuk kemampuan berbahasa, sistematis dalam berbahasa, sehingga masyarakat yang mampu menerapkan kebudayaan non material ini, ia bisa terhindar menggosip dan lain sebagainya. 
  1. Lembaga social                                                              .
    Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di dalam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh di bentuknya  serikat tolong menolong (STM), jimpitan,arisan, hal ini mampu membentuk manusia yang saling bantu membantu,silaturrahim, kerjasama dan mereka terhindar dari sifat egois
  2. Sistem kepercayaan                                           .
    Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.hal ini juga membentuk kepribadian yang taat kepada aturan, memiliki jati diri yang tinggi, setia dan jujur.
  3. Estetika
    Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerahan, setiap akan membangun bagunan jenis apa saja harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Hal ini menjadikan seseorang memiliki percaya diri yang tinggi, kreatif, produktif,dapat terhindar dari stres dan lain sebagainya.  
6.      Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memilik keunikan dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Nilai Budaya sebagai nilai yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota atau warga masyarakat, dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi sikap mental, cara berpikir, dan tingkah laku mereka. Perwujudan nilai-nilai budaya ini bisa berupa aturan atau norma-norma, hukum adat, adat istiadat, sopan santun, tata susila dan sebagainya perlu di kembangkan sebagai pedoman membaentuk kepribadian masyarakat Indonesia. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang memangku kebudayaan tadi. Dengan demikian masyarakat merupakan wadah dari kebudayaan (koentjaraningrat,1966, 105). Atas dasar inilah bahwa kebudayaan selalu mewarnai kepribadian manusia sampai kehidupan sosial manusia, sehingga nilai nilai budaya yang ada perlu di tumbuh kembangkan agar masyrakat kita tetap memiliki kepribadian yang utuh dan positif.  
D. Kesimpulan
Dari paparan di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :
Budaya indonesia secara bertahap semakin terkikis akibatkan adanya perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.Masuknya budaya asing ke indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak  positif (menyebabkan modernisasi) dan negatif (cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya;  kesenjangan sosial). Dampak Masuknya Budaya Asing ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni indonesia
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk antisipasi dampak budaya asing.
1).   Menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya asing.  
dangan a.    Meningkatkan kesetiaan kita kepada ideologi nasional (Pancasila)                    .b.    Mengembangkan sikap kekeluargaan dan gotong royong. .c.    Mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya                      .
2)   Memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional.               .
3)   Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4). Pemamfaatan nilai nilai budaya  menyongsong masa depan dengan mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya sehingga bisa kitaterapkan dalam kehidupan sehari sehari dengan mengembangkan.1. Kebudayaan material ini dapat membentuk kepribadian manusia kreatif, percaya diri, sehingga masyarakat yang mampu menerapkan kebudayaan material ini, ia bisa menyeselaikan masalah ekonomi dan terhindar dari hal hal negatif seperti tauran akibat pengangguran.  2. Kebudayaan nonmaterial ini dapat membentuk kemampuan berbahasa, sistematis dalam berbahasa, sehingga masyarakat yang mampu menerapkan kebudayaan non material ini, ia bisa terhindar menggosip dan lain sebagainya.3.Lembaga sosial dapat membentuk manusia yang saling bantu membantu,silaturrahim, kerjasama dan mereka terhindar dari sifat egois.4. Sistem keyakinan, akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.hal ini juga membentuk kepribadian yang taat kepada aturan, memiliki jati diri yang tinggi, setia dan jujur.

DAFTAR PUSTAKA

DR. Mubarak, Achmad, MA. 2004. Nasionalis Religius Jati Diri Bangsa Indonesia. Jatiwaringin: PT.Bina Rena Pariwara
Sri Wahyuni, Niniek. Dkk. 2007. Manusia dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact.
Budaya Barat VS Budaya Timur. Dari http://diposp.blogspot.com/2010/11/budaya-barat-vs-budaya-timur.html, 8 Januari2011Faturohman, Riza, 2010.
Pengaruh Budaya Barat . Dari http://rizaseizingtheday.blogspot.com/2010/10/pengaruh-budaya-barat.html,8 Januari2011Azhari, Beni, 2010.
 Kepribadian Bangsa Timur.Dari http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/kepribadian-bangsa-timur_18.html, 8 Januari2011Pranadji, Tri, 2010.
www.google.pengaruh budaya asing.com
www.google.search.westernisasi.com  

Kamis, 16 Agustus 2012

PEMAHAMAN KONSEP MANAJEMEN DENGAN KONSEP ORGANISASI



PEMAHAMAN KONSEP MANAJEMEN DENGAN KONSEP ORGANISASI

RaisahSurbakti

Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Dalam konsep yang sederhana organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi sasaran atau tujuan merupakan elemen yang mendasar dalam organisasi apapun. Organisasi juga harus memiliki dan mengalokasikan sumber daya (manusia, modal, fisik, uang) untuk mencapai sasaran. Bagaimana organisasi mengelola dan mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk mencapai tujuannya adalah masalah pokok manajemen.
Stoner dan kawan-kawan (1996) mendefinisikan manajemen adalah kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam membentuk dan menjalankan organisasi. Semua organisasi mempunyai orang yang bertanggung jawab terhadap organisasi untuk mencapai sasarannya, orang tersebut adalah manajer.
Memperkuat pendapat Stoner, Gibson dan kawan-kawan (1996) mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas untuk mencapai hasil-hasil yang lebih baik yang tidak dapat dicapai apabila individu bertindak sendiri-sendiri. Lebih jauh Peter Drucker percaya bahwa pekerjaan manajemen adalah untuk membuat manusia lebih produktif. Drucker mengkaitkannya pentingnya manajemen dalam kaitannya dengan persaingan global. Drucker menyatakan ” Manajemen, kecakapan, integritas, dan kinerja akan menentukan negara-negara di dunia mencapai keunggulannya dalam dekade yang akan datang.
Definisi manajemen yang mengarah kepada fungsi dan proses manajemen dikemukakan oleh Andrew F. Sikula dalam Malayu Hasibuan (2005) ”Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so asto bring and efficient creation of some product or services.”
Pendapat lainnya 19 dikemukakan oleh Harold dan Cyril O. Donnel mengungkapkan bahwa manajemen adalah usaha mencapai tujuan tertentu suatu organisasi melalui kegiatan orang lain yang dilakukan oleh manajer melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian.
Dari berbagai definisi manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen selalu berhubungan dengan institusi dan fungsi sebuah organisasi. Manajemen sebagai suatu fungsi dan proses menyangkut sejumlah tugas-tugas yang kompleks di dalam kerangka menjamin tercapainya suatu tujuan. Sedangkan manajemen sebagai suatu institusi menggambarkan sejumlah orang-orang untuk mengisi tugas-tugas yang diatur oleh organisasi tersebut. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu kajian ini akan membuktikan apakah pengurus koperasi beserta perangkat-perangkatnya yang dimiliki dan dikuasainya melaksanakan fungsi-fungsi manajemen secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan koperasinya?

Pengembangan Metode Mengajar


Pengembangan Metode Mengajar Yang Efektif
Oleh Raisah Surbakti,MPd
Mahasiswa Program Doktor MP PASCA UNIMED
==============================================================
Sobat, ini sekedar kita mengingat kembali
Teori-teori substantif dalam dunia pendidikan so pasti yang berkenaan dengan teori-teori tentang kegiatan belajar-mengajar formal di lingkungan sekolah. Salah satu aspek dari kegiatan belajar-mengajar adalah metode mengajar. Para teoretikus dan praktisi pendidikan dari dulu hingga sekarang mencoba mengem­bangkan metode mengajar yang efektif.
Dengan demikian, berkem­banglah berbagai teori substantif tentang metode mengajar,diantaranya adalah sebagai berikut:
a.               Metode Ceramah, metode ceramah ini dari kaum Sophist (Protagoras, Hippias, dan sebagainya), yang digunakan untuk mengajar orang agar fasih berbicara, metode ceramah yang prosedurnya terdiri atas 3 tahap, yaitu: tahap pertarna, murid menghafal definisi-definisi, klasifikasi-klasifikasi, dan aturan ­aturan yang terdapat dalam buku-buku pelajaran, tahap kedua, guru akan menganalisis model-model untuk ditiru oleh seorang penceramah; dan tahap ketiga, murid akan menggunakan aturan-aturan dan meniru model dalam latihan demonstrasi dan komponen tentang tema-tema hipotesis.

b.               Metode Dialektik, Metode Dialektik ini  dari Socrates, Metode Dialektik yang digunakan untuk mengajar orang dalam memperoleh pengetahuan yang benar, melalui tiga tahap, yang terdiri atas: tahap pertama, opini, individu terus ditanya sehingga tidak dapat memberikan alasan-alasan yang tepat atas pengetahuan yang diduganya; tahap kedua, analitis, individu dibimbing untuk menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang ia sangka diketahui, dan menyebabkan terjadinya kontradiksi dan suatu keadaan mental dalam keraguan, dan tahap ketiga, sintetis, individu secara berangsur-angsur mem­bentuk pengetahuan yang benar.
c.     Scholastisisme sebagai sebuah metode mengajar, yang dipelopori oleh Abelard, yang di dalamnya tercakup metode dialektik, metode ceramah, metode debat, dan metode observasi. Abelard dalam buku Sic et Non (Ya dan Tidak), merumuskan sejumlah besar pertanyaan-pertanyaan tentang trinitas, penebusan dosa, sakramen-sakramen dan topik-topik etika. Dalam satu kelompok ia memberikan jawaban-jawaban "ya" dari pihak-pihak yang berwenang dan dalam kolom yang berlawanan tercantum jawaban-jawaban "tidak", tanpa ada usaha mendamaikannya. Aturan-aturan untuk perdamaiannya diberikan dalam kata pengantar. Tujuan buku tersebut adalah mendorong siswa untuk menyelidiki kebenaran. Penyelidikan tersebut merupakan suatu cara mengajar. Cara menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi antara jawaban-jawaban ya dan tidak tersebut merupakan me­tode dialektika Abelard. Inti metode mengajar Scholastisisme adalah metode ceramah.
d.    Metode Pengamatan Alami atau Langsung terhadap Dunia dari Comenius, yang bertujuan mengajar semua orang tentang segala sesuatu yang tergelar di dunia, agar berpengetahuan, bijak, dan saleh. Pengindraan merupakan dasar metode mengajar karena segala sesuatu diketahui melalui pengindraan. Agar mencapai tujuan pendidikan, pembelajaran yang diberikan haruslah:
·           meyakinkan dan cermat,
·           pasti dan jelas, serta
·           mudah dan menyenangkan.
Selanjutnya proses pendidikan atau mengajar akan menjadi mudah dan menyenangkan apabila mengikuti proses yang terjadi dalam alam. Hal itu terjadi apabila:
·        mulai sedini mungkin, sebelum jiwa dirusak,
·        jiwa dipersiapkan sebaik mungkin untuk menerima pen­didikan,
·        berlangsung dari umum ke khusus,
·        berlangsung dari mudah menuju ke yang lebih sukar,
·        murid tidak terbebani oleh banyaknya mata pelajaran,
·        kemajuan secara berangsur-angsur,
·        intelek dipaksa apapun, tapi berkembang sesuai dengan usia dan menggunakan metode yang baik,
·        segala sesuatu diajarkan melalui medium pengindraan,
·        menggunakan sesuatu yang diajarkan secara berkelanjutan, dan
·        segala sesuatu diajarkan hanya dengan satu metode yang sama.

e.       Langkah-langkah Formal Mengajar dari Herbart, yang dipergu­nakan untuk mengembangkan karakter dan moralitas sosial individu yang bebas, sempurna, berkemauan baik, benar, dan bersih. Langkah-langkah formal tersebut mencakup:
·    Persiapan
Sesuai dengan ajaran tentang minat dan persepsi, anak harus berada dalam kondisi mental siap menerima penge­tahuan baru,
·    Presentasi
Langkah ini semata-mata merupakan pernyataan dan pen­jelasan tentang bahan yang diajarkan,
·    Asosiasi
Dalam langkah ini, bahan-bahan baru dihubungkan dengan hal-hal yang telah diketahui anak, dan pada waktu yang bersamaan ditunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbe­daan-perbedaan antara bahan-bahan baru dengan lama,
·    Generalisasi
Dalam langkah ini dirumuskan aturan, prinsip, atau definisi yang bersumber dari fakta yang disajikan dalam langkah 3,
·. Aplikasi
Dalam langkah ini siswa diharapkan menguji pemahaman­nya tentang prinsip-prinsip umum yang telah dirumuskan dalam langkah generalisasi.
f. Metode Pemecahan Masalah dari Dewey, yang mengartikan pendidikan adalah hidup, pertumbuhan, suatu rekonstruksi terus-menerus dari pengalaman yang terakumulasi, dan suatu proses sosial. Ada pun langkah-langkahnya terdiri atas:
·      penyadaran masalah,
·      perumusan masalah,
·      pengumpulan data,
·      penyusunan hipotesis, dan
·      pembuktian.
Kilpatrick mengembangkan pikiran-pikiran Dewey dalam bentuk Metode Proyek. Istilah "Proyek" telah dipakai dalam bidang latihan kerja tangan pada awal 1920an, dan- menunjuk pada setiap masalah praktis yang melibatkan penggundan fisik untuk mengha­silkan suatu produk. Pada waktu kata proyek digunakan dalam bidang pertanian dan kerajinan keluarga, Metode Proyek Kilpatrick tidak hanya sekadar sebuah teknik canggih, tetapi merupakan se­buah filsafat pendidikan yang diterjemahkan dalam sebuah metode. Metode proyek sebagian berakar pada reaksi Kilpatrick terhadap tidak dipergunakannya metode pemecahan masalah oleh banyak guru, yang asyik menggunakan cara-cara konvensional. Metode proyek yang diusulkan mencoba memadukan tiga unsur dalam satu kesatuan konsep. Ketiga unsur tersebut, yakni (1) partisipasi sosial siswa dalam situasi belajar, (2) penggunaan penuh prinsip-prinsip psikologi tentang belajar (tiga hukum belajar dari Thorndike), dan (3) masuknya unsur etika dan rasa tanggung jawab. Kilpatrick membagi "proyek" menjadi empat kelompok, yaitu:
Tipe 1 Proyek konstruksi atau kreatif: tujuannya mewujudkan suatu gagasan atau rencana bentuk lahiriah, seperti membangun sebuah perahu, mengarang cerita, menggelar permainan.
Tipe 2 Proyek apresiasi atau hiburan: tujuannya menikmati pengalaman estetis, seperti mendengarkan cerita, mendengarkan simponi, menikmati lukisan.
Tipe 3 Proyek masalah: tujuannya memecahkan suatu kesulitan intelektual, seperti mengapa embun jatuh pada waktu-waktu tertentu, mengapa New York mempunyai pertumbuhan lebih cepat daripada Phila­delphia.
Tipe 4 Proyek latihan dan belajar khusus: tujuannya mem­peroleh peningkatan keterampilan dan pengetahuan, seperti: belajar menulis halus, memperbaiki pe­ringkat.
000000000000000000========================00000000000000==============================000000000000000000000000000============0000000000000000