Kamis, 16 Agustus 2012

PEMAHAMAN KONSEP MANAJEMEN DENGAN KONSEP ORGANISASI



PEMAHAMAN KONSEP MANAJEMEN DENGAN KONSEP ORGANISASI

RaisahSurbakti

Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Dalam konsep yang sederhana organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi sasaran atau tujuan merupakan elemen yang mendasar dalam organisasi apapun. Organisasi juga harus memiliki dan mengalokasikan sumber daya (manusia, modal, fisik, uang) untuk mencapai sasaran. Bagaimana organisasi mengelola dan mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk mencapai tujuannya adalah masalah pokok manajemen.
Stoner dan kawan-kawan (1996) mendefinisikan manajemen adalah kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam membentuk dan menjalankan organisasi. Semua organisasi mempunyai orang yang bertanggung jawab terhadap organisasi untuk mencapai sasarannya, orang tersebut adalah manajer.
Memperkuat pendapat Stoner, Gibson dan kawan-kawan (1996) mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas untuk mencapai hasil-hasil yang lebih baik yang tidak dapat dicapai apabila individu bertindak sendiri-sendiri. Lebih jauh Peter Drucker percaya bahwa pekerjaan manajemen adalah untuk membuat manusia lebih produktif. Drucker mengkaitkannya pentingnya manajemen dalam kaitannya dengan persaingan global. Drucker menyatakan ” Manajemen, kecakapan, integritas, dan kinerja akan menentukan negara-negara di dunia mencapai keunggulannya dalam dekade yang akan datang.
Definisi manajemen yang mengarah kepada fungsi dan proses manajemen dikemukakan oleh Andrew F. Sikula dalam Malayu Hasibuan (2005) ”Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so asto bring and efficient creation of some product or services.”
Pendapat lainnya 19 dikemukakan oleh Harold dan Cyril O. Donnel mengungkapkan bahwa manajemen adalah usaha mencapai tujuan tertentu suatu organisasi melalui kegiatan orang lain yang dilakukan oleh manajer melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian.
Dari berbagai definisi manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen selalu berhubungan dengan institusi dan fungsi sebuah organisasi. Manajemen sebagai suatu fungsi dan proses menyangkut sejumlah tugas-tugas yang kompleks di dalam kerangka menjamin tercapainya suatu tujuan. Sedangkan manajemen sebagai suatu institusi menggambarkan sejumlah orang-orang untuk mengisi tugas-tugas yang diatur oleh organisasi tersebut. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu kajian ini akan membuktikan apakah pengurus koperasi beserta perangkat-perangkatnya yang dimiliki dan dikuasainya melaksanakan fungsi-fungsi manajemen secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan koperasinya?

Pengembangan Metode Mengajar


Pengembangan Metode Mengajar Yang Efektif
Oleh Raisah Surbakti,MPd
Mahasiswa Program Doktor MP PASCA UNIMED
==============================================================
Sobat, ini sekedar kita mengingat kembali
Teori-teori substantif dalam dunia pendidikan so pasti yang berkenaan dengan teori-teori tentang kegiatan belajar-mengajar formal di lingkungan sekolah. Salah satu aspek dari kegiatan belajar-mengajar adalah metode mengajar. Para teoretikus dan praktisi pendidikan dari dulu hingga sekarang mencoba mengem­bangkan metode mengajar yang efektif.
Dengan demikian, berkem­banglah berbagai teori substantif tentang metode mengajar,diantaranya adalah sebagai berikut:
a.               Metode Ceramah, metode ceramah ini dari kaum Sophist (Protagoras, Hippias, dan sebagainya), yang digunakan untuk mengajar orang agar fasih berbicara, metode ceramah yang prosedurnya terdiri atas 3 tahap, yaitu: tahap pertarna, murid menghafal definisi-definisi, klasifikasi-klasifikasi, dan aturan ­aturan yang terdapat dalam buku-buku pelajaran, tahap kedua, guru akan menganalisis model-model untuk ditiru oleh seorang penceramah; dan tahap ketiga, murid akan menggunakan aturan-aturan dan meniru model dalam latihan demonstrasi dan komponen tentang tema-tema hipotesis.

b.               Metode Dialektik, Metode Dialektik ini  dari Socrates, Metode Dialektik yang digunakan untuk mengajar orang dalam memperoleh pengetahuan yang benar, melalui tiga tahap, yang terdiri atas: tahap pertama, opini, individu terus ditanya sehingga tidak dapat memberikan alasan-alasan yang tepat atas pengetahuan yang diduganya; tahap kedua, analitis, individu dibimbing untuk menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang ia sangka diketahui, dan menyebabkan terjadinya kontradiksi dan suatu keadaan mental dalam keraguan, dan tahap ketiga, sintetis, individu secara berangsur-angsur mem­bentuk pengetahuan yang benar.
c.     Scholastisisme sebagai sebuah metode mengajar, yang dipelopori oleh Abelard, yang di dalamnya tercakup metode dialektik, metode ceramah, metode debat, dan metode observasi. Abelard dalam buku Sic et Non (Ya dan Tidak), merumuskan sejumlah besar pertanyaan-pertanyaan tentang trinitas, penebusan dosa, sakramen-sakramen dan topik-topik etika. Dalam satu kelompok ia memberikan jawaban-jawaban "ya" dari pihak-pihak yang berwenang dan dalam kolom yang berlawanan tercantum jawaban-jawaban "tidak", tanpa ada usaha mendamaikannya. Aturan-aturan untuk perdamaiannya diberikan dalam kata pengantar. Tujuan buku tersebut adalah mendorong siswa untuk menyelidiki kebenaran. Penyelidikan tersebut merupakan suatu cara mengajar. Cara menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi antara jawaban-jawaban ya dan tidak tersebut merupakan me­tode dialektika Abelard. Inti metode mengajar Scholastisisme adalah metode ceramah.
d.    Metode Pengamatan Alami atau Langsung terhadap Dunia dari Comenius, yang bertujuan mengajar semua orang tentang segala sesuatu yang tergelar di dunia, agar berpengetahuan, bijak, dan saleh. Pengindraan merupakan dasar metode mengajar karena segala sesuatu diketahui melalui pengindraan. Agar mencapai tujuan pendidikan, pembelajaran yang diberikan haruslah:
·           meyakinkan dan cermat,
·           pasti dan jelas, serta
·           mudah dan menyenangkan.
Selanjutnya proses pendidikan atau mengajar akan menjadi mudah dan menyenangkan apabila mengikuti proses yang terjadi dalam alam. Hal itu terjadi apabila:
·        mulai sedini mungkin, sebelum jiwa dirusak,
·        jiwa dipersiapkan sebaik mungkin untuk menerima pen­didikan,
·        berlangsung dari umum ke khusus,
·        berlangsung dari mudah menuju ke yang lebih sukar,
·        murid tidak terbebani oleh banyaknya mata pelajaran,
·        kemajuan secara berangsur-angsur,
·        intelek dipaksa apapun, tapi berkembang sesuai dengan usia dan menggunakan metode yang baik,
·        segala sesuatu diajarkan melalui medium pengindraan,
·        menggunakan sesuatu yang diajarkan secara berkelanjutan, dan
·        segala sesuatu diajarkan hanya dengan satu metode yang sama.

e.       Langkah-langkah Formal Mengajar dari Herbart, yang dipergu­nakan untuk mengembangkan karakter dan moralitas sosial individu yang bebas, sempurna, berkemauan baik, benar, dan bersih. Langkah-langkah formal tersebut mencakup:
·    Persiapan
Sesuai dengan ajaran tentang minat dan persepsi, anak harus berada dalam kondisi mental siap menerima penge­tahuan baru,
·    Presentasi
Langkah ini semata-mata merupakan pernyataan dan pen­jelasan tentang bahan yang diajarkan,
·    Asosiasi
Dalam langkah ini, bahan-bahan baru dihubungkan dengan hal-hal yang telah diketahui anak, dan pada waktu yang bersamaan ditunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbe­daan-perbedaan antara bahan-bahan baru dengan lama,
·    Generalisasi
Dalam langkah ini dirumuskan aturan, prinsip, atau definisi yang bersumber dari fakta yang disajikan dalam langkah 3,
·. Aplikasi
Dalam langkah ini siswa diharapkan menguji pemahaman­nya tentang prinsip-prinsip umum yang telah dirumuskan dalam langkah generalisasi.
f. Metode Pemecahan Masalah dari Dewey, yang mengartikan pendidikan adalah hidup, pertumbuhan, suatu rekonstruksi terus-menerus dari pengalaman yang terakumulasi, dan suatu proses sosial. Ada pun langkah-langkahnya terdiri atas:
·      penyadaran masalah,
·      perumusan masalah,
·      pengumpulan data,
·      penyusunan hipotesis, dan
·      pembuktian.
Kilpatrick mengembangkan pikiran-pikiran Dewey dalam bentuk Metode Proyek. Istilah "Proyek" telah dipakai dalam bidang latihan kerja tangan pada awal 1920an, dan- menunjuk pada setiap masalah praktis yang melibatkan penggundan fisik untuk mengha­silkan suatu produk. Pada waktu kata proyek digunakan dalam bidang pertanian dan kerajinan keluarga, Metode Proyek Kilpatrick tidak hanya sekadar sebuah teknik canggih, tetapi merupakan se­buah filsafat pendidikan yang diterjemahkan dalam sebuah metode. Metode proyek sebagian berakar pada reaksi Kilpatrick terhadap tidak dipergunakannya metode pemecahan masalah oleh banyak guru, yang asyik menggunakan cara-cara konvensional. Metode proyek yang diusulkan mencoba memadukan tiga unsur dalam satu kesatuan konsep. Ketiga unsur tersebut, yakni (1) partisipasi sosial siswa dalam situasi belajar, (2) penggunaan penuh prinsip-prinsip psikologi tentang belajar (tiga hukum belajar dari Thorndike), dan (3) masuknya unsur etika dan rasa tanggung jawab. Kilpatrick membagi "proyek" menjadi empat kelompok, yaitu:
Tipe 1 Proyek konstruksi atau kreatif: tujuannya mewujudkan suatu gagasan atau rencana bentuk lahiriah, seperti membangun sebuah perahu, mengarang cerita, menggelar permainan.
Tipe 2 Proyek apresiasi atau hiburan: tujuannya menikmati pengalaman estetis, seperti mendengarkan cerita, mendengarkan simponi, menikmati lukisan.
Tipe 3 Proyek masalah: tujuannya memecahkan suatu kesulitan intelektual, seperti mengapa embun jatuh pada waktu-waktu tertentu, mengapa New York mempunyai pertumbuhan lebih cepat daripada Phila­delphia.
Tipe 4 Proyek latihan dan belajar khusus: tujuannya mem­peroleh peningkatan keterampilan dan pengetahuan, seperti: belajar menulis halus, memperbaiki pe­ringkat.
000000000000000000========================00000000000000==============================000000000000000000000000000============0000000000000000

Filsafat Pendidikan DalamArti Luas dan Sempit


Filsafat Pendidikan DalamArti Luas dan Sempit
o/RaisahSurbalti, MPd
Mahasiswa Program Doktor MP PASCA UNIMED
Mudah-mudahan sedikit tulisan ini untuk mengingat kembali tentang mata kuliah : Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan, sesuatu yang menyelidiki hakikat pelaksanaan pen­didikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan, yang ber­sangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan ke­gunaannya. (B. Othanel Smith, Philosophy of Education, Ency­clopedia of Educational Research, hlm. 957-963).
Filsafat Pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
(1) Filsafat Praktek Pendidikan, dan
(2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
·                  Filsafat Praktek Pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diperaktekkan/diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat Praktek Pendidikan dapat dibedakan lagi menjadi:
(1) Filsafat Proses Pendidikan (biasanya hanya disebut Filsafat Pendidikan) dan
(2) Filsafat Sosial Pendidikan.
Filsafat Proses Pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
Filsafat Proses Pendidikan biasanya membahas tiga masalah pokok, yaitu:
 (1) apakah sebenarnya pendidikan itu;
(2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya; dan
(3) dengan cara apakah tujuan pendidikan dapat dicapai. (Henderson; 1959: 237)
·         Filsafat Sosial Pendidikan, antara lain dikemukakan oleh T.W. Moore dalam Philosophy of Education yang dibataskan sebagai pembahasan hubungan antara penataan masyarakat manusia dengan pendidikan. Dengan kata lain, dapat pula dibataskan secara lebih konseptual,
 Filsafat Sosial Pendidikan merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seha      rusnya pendidikan diselenggarakan dalam mewujudkan tatanan masyarakat manusia idaman. Sehubungan dengan batasan tersebut,
T.W. Moore menge­mukakan tiga masalah pokok yang dibahas dalam Filsafat Sosial Pendidikan, yaitu (1) hakikat kesamaan manusia dan pendidikan,
(2) hakikat kemerdekaan dan pendidikan, dan
(3) hakikat demo­krasi dan pendidikan.
Tulisan ini mempokuskan tentang filsafat ilmu pendidikan
Istilah Filsafat Ilmu Pendidikan (Philosophy of Educational Sci­ence) ditemukan dalam karangan B. Othanel Smith, Philosophy of Educational dalam pembahasan tentang Philosophical Investigation: Conclusions and Issues yang terdapat dalam Encyclopedia of Educa­tional Research (h: 962).
 Menurut Smith, dewasa ini studi filosofis tentang Ilmu Pendidikan baru merupakan tingkat permulaan, yang diawali dengan analisis kritis terhadap konsep-konsep psikologi pendidikan, misalnya tentang teori belajar S — R, pengukuran pendidikan, prosedur-prosedur sistematis tentang penyusunan kurikulum, dan sebagainya. Secara lebih konsepsional,
Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibataskan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset, baik kuantitatif maupun kualitatif.
          Oleh. Raisah Surbakti,MPd